Selain air, makanan merupakan satu faktor penting bagi tubuh dalam berkegiatan di alam terbuka. Terlebih ketika kita terpaksa harus berada dalam kondisi survival.
Sumber makanan di gunung hutan dapat diperoleh dari tumbuhan dan hewan.
Sebelum mengkonsumsi makanan dari tumbuhan biasakan melakukan Edibility Test, yakni mencium nya dan oleskan sedikit ke tangan, lalu tunggu reaksinya, apabila tidak ada rasa aneh atau gatal berarti cukup aman. Kemudian lanjutkan ke bibir dan lidah dengan prosesur yang sama, setelah itu dicicip sedikit lalu tunggu hingga kurang lebih 30 menit, apabila tak ada reaksi aneh berarti aman untuk dikonsumsi.
Dalam keadaan survival, sumber makanan dari hewan bisa didapatkan dengan cara berburu atau dapat pula dengan membuat jerat dan jebakan. Dan untuk membuat jerat atau jebakan dapat menggunakan tali atau memanfaatkan batang, ranting yang tersedia di alam.
Selain memperoleh sumber makanan, yang juga tak kalah penting adalah bagaimana mengolahnya agar efektif, termasuk mensterilkan agar terhindar dari bakteri.
Makanan yang sudah jadi pun baiknya kita konsumsi sebijak mungkin agar dapat digunakan sebagai bekal ataupun menjadi objek jebakan untuk memperoleh sumber makanan hewan selanjutnya. Bahkan dapat pula digunakan sebagai bentuk komunikasi meninggalkan jejak dalam kondisi survival agar memudahkan proses analisa pencarian.
Seperti sudah dijelaskan tentang bagaimana menyalakannya di konten Mountain & Jungle Survival episode “API”, selain berfungsi untuk komunikasi dan memasak dalam kondisi survival, Api, dalam peranan nya yang lain juga bisa menenangkan dan menghangatkan jiwa-jiwa yang lelah. Media pemersatu. Tak jarang dijumpai Api dikelilingi manusia-manusia, terutama di wilayah yang dingin, di ketinggian. Dalam prakteknya, entah sekedar untuk memasak, atau seremonial. Sudah menjadi kodratnya sejak awal kehidupan manusia. Ia menjelma magnet, yang memanggil-manggil, menyatukan bahkan mempererat siapapun yang hadir. Terduduk melingkar, saling melempar pandang. Api, melekatkan jiwa-jiwa yang mengitarinya. Bertukar kisah, gagasan, dan tentunya saling merangkul, menepuk menyemangati.
Dalam sudut pandang yang lain, kita pun juga dapat memantik api lain yang ada dalam diri untuk membangunkan jiwa-jiwa yang kendur, menegaskan kembali arah sikap. Tekad baja, mustahil melunak loyo, justru makin menyalak tatkala semangat terus digelorakan, berapi-api. Tampar egomu! Bakar! Ingatkan kembali dia, ke puncak mana yang hendak kau tuju. Jaga api dalam jiwamu kawan! Jaga bara keberaniannya. Sebab, pantang menyerah itu bukanlah pilihan, melainkan ketegasan sikap.