Pernah dengar tentang prosesi Bakar Batu? Kalau diartikan secara harfiah, artinya ya batu yang dibakar. Sebenarnya nggak salah sih, karena memang media yang digunakan itu adalah batu-batuan. Tapi, yang dibakar itu bukan batu saja, melainkan ada makanan didalamnya. Catatan ini dilansir dari instagram seorang travel blogger yaitu Ashari Yudha.
Bakar Batu merupakan salah satu tradisi yang amat terkenal di Papua yaitu berupa prosesi memasak bahan makanan (bisa berupa babi, ubi, ketela, dll) secara bersama yang dilaksanakan oleh warga satu kampung. Biasanya Bakar Batu ini hanya dilakukan di acara tertentu saja, misalnya syukuran bayi baru lahir, adanya tamu yang datang, atau silaturahmi antar warga kampung.
Mengapa dinamakan Bakar Batu? Karena media batu yang digunakan untuk memasak, benar-benar dibakar hingga panas sekali, kadang sampai berwarna merah. Kebayang panasnya?
Prosesinya juga nggak asal sih. Biasanya, para pemuda yang menyiapkan batu yang akan dibakar. Batu akan dibakar hingga kayu bakar yang membakarnya habis. Lalu dengan sebuah capit dari kayu, batu yang panas banget itu akan dipindahkan ke sebuah lubang di tanah yang sudah dialasi dengan daun pisang. Nah, lalu untuk bahan makanannya misalnya babi, itu juga ada prosesnya. Bukan langsung dibunuh gitu aja, tapi harus dipanah. Kenapa hayo?
Nah, jadi setelah batu panas tersebut dipindahkan kedalam lubang yang yang udah dialasin dengan daun pisang, bahan-bahan makanan lalu akan disiapkan. Kalau babi, ada ritualnya nggak asal sembelih saja. Jadi, babi harus dipanah oleh para kepala suku. Dan saat dipanah, babi harus langsung mati. Karena kalau babinya tidak langsung mati, diyakini acara tidak akan berjalan sukses.
Setelah babi mati, lalu isi perut babi akan dikeluarkan dan sisanya akan disimpan didalam lubang. Lalu, diatas babi akan ditaruh dedaunan dan umbi-umbian sebagai pelengkap. Langkah terakhir ialah menutup kembali lubang dengan batu panas lalu galian tersebut ditutup dengan rapat.
Menurut kepercayaan orang Papua sendiri, tradisi Bakar Batu ini merupakan bentuk perdamaian dan rasa saling berbagi kebahagiaan. Kalau kata saya sih, terlihat banget nilai-nilai Indonesianya disini. Nilai kegigihan dan kesabaran dalam menjaga tradisi yang ada meskipun sudah mulai dikikis oleh modernisasi, nilai gotong royong saat memasak dan menyiapkan bersama prosesi bakar batu, dan nilai kerendahan hati saat saling berdamai dan makan bersama meskipun berbeda suku.